5 CIRI HAMBA YANG DIKASIHI ALLAH SWT

April 29, 2024

Hamba Allah

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



Tugas seorangmuslim adalah memastikan dirinya hanya menghamba kepada Allah SWT. Seperti yang tercantum dalam QS. Adz-Dzaariyat:56, bahwa Allah SWT menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya.

Di antara hamba-hamba Allah SWT itu, ada yang dikategorikan "Hamba Sang Maha Pengasih" yang dalam bagian akhir surat Al-Furqan di dalam Al-Quran disebut sebagai Ibadurrahman.


Penggunaan diksi Ibadurrahman bukan saja secara kebahasaan memberi informasi bahwa yang disembah adalah "Yang Maha Pengasih", tetapi juga memberi isyarat bahwa yang memiliki ciri-ciri hamba demikian, adalah hamba yang dikasihi Allah SWT.


5 ciri hamba Sang Maha Pengasih, mengutip dari bagian akhir surat Al-Furqaan yang mengisahkan panjang tentang ciri-ciri Ibadurrahman.


1. Berjalan dengan Rendah Hati

Di dalam bahasa Arab ada sepuluh kata yang merujuk pada cara berjalan. Semuanya diperbolehkan bagi seorang muslim kecuali satu saja: Misyatu Tabakhtur.


Tafsir Ibnu Al-Qayyim, tafsir ayat-ayat pilihan buah pikir Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 851 H) menyebutkan, Misyatu Tabakhtur adalah cara berjalannya orang-orang yang dalam hatinya penuh dengan ujub (rasa bangga diri) dan takabur (sombong).


Seorang hamba yang dikasihi Allah SWT akan berjalan dengan rendah hati, bukan sebaliknya, berjalan dengan cara berjalan yang dicela sebagai cara berjalannya orang-orang sombong.


Cara berjalan yang rendah hati ini tentu bukan hanya bagian dari penghambaan kepada Allah SWT, namun juga berdampak sosial tinggi.


2. Tidak Berdebat dengan Orang Bodoh

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu ada banyak karakter orang yang dihadapi. Dan seorang hamba yang dikasihi Allah SWT, tidak akan mempertahankan pendapatnya mati-matian di hadapan orang bodoh.


Al-Quran mengajarkan, ciri hamba yang dikasihi Allah SWT adalah jika bercakap-cakap dengan orang bodoh, maka ucapkanlah "salam", selamat, silakan, mangga, monggo, orang Sunda bilang "sawios abdi nu lepat" (biar saja saya yang salah), dan ucapan-ucapan lainnya yang lembut.


Tafsir Ibnu Katsir, buah pikir Ibnu Katsir (wafat 774 H) menjelaskan kata "Salam" dalam surat Al-Furqan ayat 63 itu. Menurutnya, salam yaitu cara-cara yang lembut dalam menjawab perkataan orang-orang bodoh.


Ibnu Katsir mengutip perkataan Sa'id bin Zubair bahwa "Salam" adalah menjawab dengan cara-cara yang baik.


3. Sedekah Sewajarnya

Bukanlah dikatakan hamba Sang Maha Pengasih jika bersedekah dengan cara yang berlebihan. Sedekahnya hamba yang dikasihi Allah SWT adalah sewajarnya.


Sedekah yang wajar ini diajarkan Al-Quran, bahwa orang-orang yang dikasihi Allah SWT tidak berlebihan dalam sedekah, juga tidak kikir. Surat Al-Furqan ayat 68 menyebutkan sedekah dengan takaran pertengahan di antara keduanya.


Tafsir Al-Muyassar, Mu'jam Malik Fahd menjelaskan sedekah yang pertengahan itu adalah kondisi di masa seseorang menginfakkan hartanya dengan tanpa menghilangkan batas pemberian juga tidak menyempitkannya. Tidak bersikap mubazir, juga tidak kikir.


4. Tidak Syirik, Tidak Membunuh, dan Tidak Berzina

Ciri utama hamba-hamba yang dikasihi Allah SWT adalah tidak melakukan tiga hal yang berdosa dan berdampak buruk terhadap sosial di mana seorang muslim hidup.


Yaitu, tidak syirik. Syirik berarti menghamba kepada selain Allah SWT. Ada banyak batasan-batasan syirik, yang semuanya harus diwaspadai agar seorang muslim tidak terjerumus kepada hal tersebut.


Kemudian tidak membunuh. Hamba-hamba yang dikasihi Allah SWT tidak akan menbunuh sesama manusia tanpa alasan yang "dibenarkan".


Membunuh, dalam hal ini memberikan hukuman mati, harus ada ketentuan yang membolehkannya. Misalnya, hakim dengan segala persidangan yang telah dijalankan untuk seorang terdakwa, memutuskan menjatuhkan hukuman mati.


Terakhir, tidak berzina. Ayat-ayat yang lain di dalam Al-Quran bahkan melarang untuk sekedar mendekati zina. Apalagi melakukannya. Zina dapat menimbulkan kerancuan seksual dan berpengaruh terhadap kepastian nasab.


Jika melihat urutan keturunan (nasab) Rasulullah Muhammad SAW, seperti yang digambarkan dalam Al-Barzanji, runut hingga ke atas, ke Ismail AS dan leluhurnya. Al-Barzanji menyebutkan bahwa keluarga nabi Taraku-Sifaah (menjauh dari perzinaan).


5. Tidak Memberikan Saksi Palsu

Ciri hamba Yang Maha Pengasih adalah tidak memberikan kesaksian palsu. Kesaksian palsu dapat berdampak buruk dan merugikan.


Khalifah Umar bin Khattab, sebagaimana dikutip dalam Tafsir Al-Baghawi karya Abu Muhammad Al-Baghawi (wafat 516 H) berkata, orang yang memberikan kesaksian palsu akan didera dengan empat puluh cambukan, wajhanya dibuat memar, dan dicampakkan ke pasar.


Selain tidak memberikan saksi palsu, ciri hamba yang dikasihi Allah SWT di dalam ayat 72 surat Al-Furqan, yang masih satu redaksi dengan kesaksian palsu, yaitu tidak terlibat dalam hal yang sia-sia. Jika berpapasan dengan sekelompok orang yang sedang melakukan hal tidak berguna, hamba yang dikasihi Allah SWT berlalu dengan menjaga kehormatannya.


Demikian lima, dari banyak ciri-ciri hamba Sang Maha Pengasih yang berarti juga hamba yang dikasihi Allah SWT.



Mari sama-sama kita menebar kebaikan dan menjadi insan yang bermanfaat. Sekian dari saya, mohon maaf untuk kata yang mungkin saja kurang berkenan dalam share artikel ini. Terima kasih atas perhatian dan antusiasnya membaca. 



Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.




YAYASAN IMAM TEGUH Program Kemanusiaan | Mendirikan Dan Meyelenggarakan Rumah Singgah | Menyelenggarakan pendidikan | Menyelenggarakan pelestarian lingkungan hidup | Bersih Masjid & Mushola |  Ziarah Wali Songo | Ziarah Wali Pitu | Program Haji & Umroh | Berbagi Sedekah Kepada Masyarakat | Sima'an Qur'an 

You Might Also Like

0 komentar